Tuesday, March 15, 2016

Museum Layang-Layang Jakarta

Museum Layang-Layang Jakarta

Museum Layang-Layang Indonesia didirikan oleh seorang pakar kecantikan yang menekuni dunia layang-layang sejak tahun 1985 dengan membentuk Merindo Kites & Gallery yang bergerak di bidang layang-layang yang bernama Endang W. Puspoyo. Kecintaannya pada layang-layang membuat ia tergerak untuk mendirikan Museum Layang-Layang Indonesia. Kiprahnya dalam mendirikan Museum Layang-Layang Indonesia membuat museum ini mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk pemecahan rekor pemrakarsa dan penyelenggara pembuatan layang-layang berbentuk diamond terbesar pada 2011 serta penghargaan kepariwisataan Indonesia pada 2004, yang diberikan oleh I Gede Ardika selaku Menteri Kebudayaan dan Pariwisata saat itu.

Sejak tahun 1980-an  ia menggeluti dunia layang layang, baginya layang2 merupakan daya tarik tersendiri. Berbagai perlombaan & festival  layang-layang sejak saat itu sudah diikutinya, & kecintaannya pada permainan layangan ini mendorong dirinya untuk mendirikan Museum Layang Layang Indonesia pada tanggal 21 Maret 2003, pada perkembangannya kemudian, Museum ini juga sebagai pusat budaya, khususnya layang-layang , sehingga dalam waktu yang relatif singkat ditunjuk oleh Suku Dinas Pariwisata Jakarta Selatan sebagai salah satu tempat kunjungan wisata di Jakarta. Pada 19 Oktober 2004, beliau dianugerahi penghargaan oleh Menteri Kebudayaan & Pariwisata dalam bidang “Inovasi Kepariwisataan Indonesia”.

Sejarah

Layang-layang merupakan bagian dari permainan masa kecil yang tidak hanya berfungsi sebagai permainan belaka, tapi bisa dilibatkan dalam sebuah ritual tertentu. Berbagai bangsa di dunia dapat dipastikan mengenal permainan layang-layang. Fenomena inilah yang mendorong para pecinta layang-layang untuk mendirikan museum layang-layang. Di dalam museum tersebut, para pecinta layang-layang akan mengumpulkan berbagai jenis layang-layang dari mancanegara dan menjaga koleksi tersebut agar bisa dinikmati keindahannya dan dipelajari teknologinya.

Adalah seorang Ibu Endang Ernawati yang pada tahun 1970-an pertama kali membeli layang layang dari Amerika Serikat, mulai saat itu ia jatuh hati pada permainan tersebut, karena menurutnya layangan sangatlah indah ketika terbang di udara dan mulai pada saat itulah ia mengkoleksinya.

Seiring dengan hobinya yang makin berkembang, maka pada tahun 1988 beliau mendirikan Merindo Kites & Gallery, adapun maksud didirikannya gallery ini bertujuan untuk membentuk wadah para pelayang yang sering mengadakan festival layang2, baik di tingkat nasional maupun skala internasional. Festival Layang Layang Internasional pertama kali diselenggarakan pada tahun 1993 di Bumi Serpong Damai-Tangerang.

Walaupun sudah mendirikan wadah bagi para pelayang, Ibu Endang masih merasa perlu mengembangkan hobinya itu agar layang layang sebagai permainan tradisional tidak hilang dari kebudayaan indonesia, maka ia membeli sebidang tanah dekat rumahnya untuk dijadikan museum layang layang, maka pada tanggal 21 Maret 2003 berdirilah Museum Layang Layang Indonesia, yang terletak di Jl H Kamang No.38, Pondok Labu, Jakarta Selatan. Ide ini menggugah para pelayang Indonesia untuk memberikan sumbangan berupa layang layang, hingga kini jumlah koleksi layang2 yg ada di Museum berjumlah ratusan yang terdiri dari layang2 tradisional, kreasi, olahraga & layang2 yang berasal dari mancanegara.

Koleksi

Layang-layang yang dikoleksi museum ini tak hanya berasal dari Indonesia saja, tapi museum ini juga mengoleksi layang-layang dari berbagai negara, contohnya Tiongkok, Jepang, Belanda, Vietnam dan beberapa negara lainnya. Mulai dari layang-layang miniatur yang berukuran 2 sentimeter, hingga yang berukuran besar. Bahkan museum ini memiliki beberapa layang-layang berukuran raksasa terbesar di tanah air seperti “Megaray” berukuran 9 x 26 meter.

Di museum ini juga ada layang-layang dari Kalimantan Selatan. Jika terbang, layangan ini harus sepasang dan kedua layang-layang ini pun digantungi alat-alat musik mirip suling, sehingga ketika sepasang layangan ini diterbangkan akan mengeluarkan suara-suara musik. Ada juga layangan pengantin, yang diterbangkan ketika upacara adat pernikahan, sehingga penduduk sekitar bisa mengetahui bahwa ada acara pernikahan di desa tetangga ketika melihat pasangan layang-layang itu terbang di udara.

Alamat

Jam Operasional Dan Tiket

  • Buka setiap hari, kecuali hari libur nasional
  • Jam operasional 09:00 – 16:00 WIB
  • Tiket masuk Rp. 15.000,-



EmoticonEmoticon