Monday, December 19, 2016

Ahok Optimis Menang Satu Putaran, Apakah Itu Realistis?

Ahok Optimis Menang Satu Putaran, Apakah Itu Realistis?

Pilkada DKI Jakarta 2017 memang sangat istimewa. Kenapa begitu? Karena dinamikanya betul-betul seperti pemilihan presiden 2014 lalu. Berbagai isu SARA yang simpang siur yang seringkali dibumbui dengan fitnah terutama di media sosial sangat terasa gaungnya. Belum lagi penetapan Ahok sebagai tersangka kasus dugaan "penistaan agama" dan sekarang sedang menjalani proses hukum di pengadilan. Tampaknya begitu lengkap tekanan yang dialami oleh Ahok dan sekarang ini kita semua sedang menunggu hasil keputusan dari pengadilan terhadap Ahok yang dianggap oleh banyak kalangan bahwa kasus ini sangat kental aroma politiknya.

Dari tekanan dan isu yang menimpanya tersebut, Ahok selalu menyerukan kepada para pendukungnya untuk memenangkan Ahok dan Djarot satu putaran pada hari pencoblosan tanggal 15 Februari 2017. Apakah optimisme Ahok ini realistis ditengah tekanan yang dialaminya saat ini? Berikut ulasannya..

Sebagaimana kita ketahui bersama, tekanan ini sudah dialami Ahok ketika dilantik menjadi Gubernur DKI Jakarta oleh Presiden Joko Widodo. Ketika itu ditengah pelantikannya Ahok di demo oleh organisasi massa yang tidak setuju dirinya dilantik menjadi gubernur. Bahkan membuat gubernur tandingan. Tekanan yang dialami Ahok semakin membesar seiring dengan semakin dekatnya proses Pilkada DKI Jakarta. Apakah tekanan ini berpengaruh terhadap dukungan warga Jakarta terhadap Ahok?

Kepuasan publik terhadap kinerja Gubernur Ahok sangat tinggi yaitu sekitar 70% dan ketika itu elektabilitas Ahok juga sangat tinggi yaitu sekitar 60%. Menjelang proses pilkada DKI dan semakin santernya isu SARA serta kasus dugaan "penistaan agama", beberapa lembaga survey merilis hasilnya bahwa elektabilitas Ahok turun. Dan setelah dilakukan proses persidangan yang pertama ada satu lembaga survey yang merilis bahwa elektabilitas Ahok kembali naik.

Jika kita tengok ke belakang yaitu pada pilpres 2014, Jokowi juga mengalami hal yang serupa ketika mencalonkan diri menjadi presiden dan akhirnya menang. Optimisme Ahok menang satu putaran, diyakini juga ada spirit dari pengalaman Jokowi ini. Tentu saja kalau kita bicara Jokowi, tentu juga bicara Ahok karena sudah kita ketahui bersama kedekatan mereka terutama kesamaan mengenai visi, misi dan cita-cita mereka untuk memajukan bangsa ini serta komitmen anti korupsi yang selalu mereka perjuangkan. Sudah barang tentu para pemilih setia Jokowi di DKI Jakarta pada pemilihan presiden 2014 kemungkinan besar dipastikan akan memilih Ahok. Mengapa demikian?

Kita bersama menyaksikan isu yang dialami Jokowi pada waktu itu sangat besar, mungkin hampir sama besar dengan yang dialami Ahok sekarang, terutama isu SARA, yang antara lain menyebutkan bahwa Jokowi adalah komunis, orang cina sampai ada nama cinanya juga, non muslim, orang tuanya orang cina, sampai anaknyapun ikut disasar juga dan banyak lagi. Bahkan ada tabloid baru pada waktu itu yang juga sangat masif menyebarkan isu tidak benar bahkan cenderung fitnah mengenai Jokowi. Tapi itu semua dihadapi dengan tenang oleh Jokowi dan hasilnya menang dalam pemilihan presiden. Berapa perolehan suara pada pemilihan presiden yang diperoleh Jokowi-JK di DKI Jakarta? Berikut datanya yang diambil dari KPU yang diterbitkan oleh media mainstream..

Kepulauan Seribu
Prabowo-Hatta: 6.906
Jokowi-JK : 8.089 (unggul)
Suara sah : 14.995

Jakarta Barat
Prabowo-Hatta: 479.815
Jokowi-JK : 742.103 (unggul)
Suara sah : 1.221.918

Jakarta Timur
Prabowo-Hatta: 827.874 (unggul)
Jokowi-JK : 716.631
Suara sah : 1.544.505

Jakarta Selatan
Prabowo-Hatta: 612.442 (unggul)
Jokowi-JK : 568.358
Suara sah : 1.180.800

Jakarta Pusat
Prabowo-Hatta: 258.376
Jokowi-JK : 308.059 (unggul)
Suara sah : 566.435

Jakarta Utara
Prabowo-Hatta: 342.651
Jokowi-JK : 516.654 (unggul)
Suara sah : 859.305

Prabowo-Hatta: 2.528.064 (46,92 persen)
Jokowi-JK: 2.859.894 (53,08 persen)
Total suara sah: 5.387.958

Dari data diatas jika kita bandingkan dengan hasil pilkada DKI Jakarta 2012 dimana Jokowi-Ahok memenangkan pilkada tersebut, prosentasenya tidak berbeda jauh. Berikut data dari KPUD DKI Jakarta..

Jakarta Utara
Jokowi-Ahok mendapatkan 432.714 suara (59%)
Foke-Nara mendapatkan 300.188 suara (41%)

Jakarta Barat
Jokowi-Ahok mendapatkan 577.232 suara (53%)
Foke-Nara mendapatkan 474.298 suara (47%)

Jakarta Selatan
Jokowi-Ahok mendapatkan 507.257 suara (51,5%)
Foke-Nara mendapatkan 476.742 suara (48,4%)

Jakarta Timur
Jokowi-Ahok mendapatkan 695.220 suara (53,21%)
Foke-Nara mendapatkan 611.366 suara atau (46,79%)

Jakarta Pusat
Jokowi-Ahok mendapatkan 256.529 suara (50,7%)
Foke-Nara mendapatkan 249.427 suara (49,3%)

Kepulauan Seribu
Jokowi-Ahok mendapatkan 3.178 suara (26,5%)
Foke-Nara mendapatkan 8.794 suara (73,4%)

Hasil akhir:
Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli: 2.120.815 (46,17%)
Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama: 2.472.130 (53,82%)

Dari data diatas terlihat ada sedikit kesamaan prosentase yang diperoleh Jokowi-Ahok pada waktu pilkada DKI 2012 dan Jokowi-JK pada pilpres 2014 yaitu di angka 53%. Hal ini bisa saja disimpulkan bahwa pemilih Jokowi-Ahok di Jakarta tetap setia memilih Jokowi ketika pilpres 2014 walaupun dengan berbagai isu yang sangat berat yang dilontarkan oleh lawan politik Jokowi terutama isu mengenai SARA. Dan tentunya besar sekali kemungkinan pemilih setia Jokowi ini juga akan memilih Ahok pada pilkada DKI 2017 yang kali ini berpasangan dengan Djarot Saiful Hidayat yang juga mengalami isu SARA yang hampir sama beratnya dengan Jokowi pada pilpres kemarin.

Jadi optimisme Ahok dan Djarot untuk memenangkan pilkada DKI Jakarta 2017 dengan satu putaran saja sangat realistis yaitu 50% + 1 karena mereka mempunyai pemilih setia dan rasional yang menurut data diatas yaitu sekitar 53% warga DKI Jakarta karena melihat kinerja Jokowi dan Ahok dan komitmen mereka yang sangat serius untuk bekerja membangun bangsa serta memberantas korupsi. Dan isu SARA yang selalu dilontarkan oleh lawan politik mereka sama sekali tidak berpengaruh terhadap kesetiaan karena mereka adalah pemilih yang cerdas dan rasional.

Demikian ulasan orang awam..


Data: KPU, Ahok.org.